Selasa, 18 Mei 2010

jkjjkhklj



marquee dari kanan ke kiri

Minggu, 11 April 2010

Pengantar Pengatalogan

A. SEJARAH PENGATALOGAN

Praturan pengatalogan pada awalnya disusun oleh pustakawan perorangan. Misalnya Antonio Panizzi dari British Museum menyusun Rules for Compiling of the Catalogue (1841).Charles Ammi Cutter dari Amerika menyusun Rules for Dictionary Catalogue (1903) yang mengemukakan peraturan catalog system leksikal (dictionary catalogue) yaitu catalog pengarang, judul dan subjek buku disatukan dalam satu jajaran.

Pada permulaan abad XX, peraturan pengatalogan selalu dibuat oleh sebuah komisi atau panitia khusus. Misalnya Library of Congress dari Amerika Serikat menerbitkan Rules of Printed Cards (1903 hingga 1930-an) dan Rules for Descripting Cataloging (1949). American Library Association mengeluarkan Rules (1908, 1941, 1949).American Library Association bekerja sama dengan Library Association (inggris) membentuk “Catalog Code Revision Commite” sebagai usaha bersama menyusun peraturan catalog. Pada tahun 1967 terbit sebuah pedoman yang berjudul Anglo American Cataloging Rules yang dikenal dengan sebutan AACR 1. Prinsip umum peraturan tersebut didasarkan atas “Statement of Principles” yang disetujui oleh 53 Negara pada International Conference on Cataloging Principles di Paris tahun 1961.Pertemuan ini merupakan langkah penting ke arah standarisasi data bibiliografis Internasional. Sebagai tindak lanjut ke arah Penyeragaman peraturan pengatalogan, pada tahun 1988 terbitlah Angola-American Cataloguing Rules edisi 2 yang merupakan revisi dari AACR 1 sebagai hasil kerjasama antara American Library Association, Library Association (Inggris), Library of Congress, dan Canadian Libraary Association.
standarisasi katalog dan index sangat diperlukan jadi ada standar yang mengatur tentang katalog dan index, tujuannya agar tidak timbul berbagai macam versi katalog sehingga dibuatlah standar katalog yang tetap. di dunia internasional peraturan yang banyak dipakai dalam standarisasi katalog misalnya AACR2, untuk di indonesia sendiri pun ada standarisasi katalog yaitu KDT ( Katalog Dalam Terbitan ) jadi setiap penerbit bila akan mencantumkan katalog pada buku terbitannya mengacu pada Katalog Dalam Terbitan ( KDT ) yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional.


B. BAGIAN-BAGIAN BUKU

Untuk membuat deskripsi bibliografi bahan pustaka terutama buku, kataloger harus memahami bagian-bagian dari satu buku. Berikut ini bagian-bagian buku antara lain:

1. Kulit Buku
Kulit buku berarti cover, biasanya terdapat judul buku. Judul pada kulit buku tidak penting, kecuai kalau judul tersebut berbeda dengan judul yang tercantum pada halaman judul tersebut peru dicatat dalam katalog, sebab sebagian pembaca kemungkinan akan menelusuri judul buku melalui judul dikulit buku tersebut.

2. Punggung Buku
Seperti halnya judul yang terdapat pada kulit buku, judul punggung buku kemungkinan tidak sama dengan apa yang terdapat pada halaman judul.

3. Halaman Kosong
Adalah halaman tanpa teks yang terletak setelah kulit buku dibagian depan dan dibagian belakang.Halaman ini berfungsi sebagai penguat jilidan buku.

4. Halaman Judul Singkat (Half Title)
Halaman Judul singkat terletak setelah halaman kosong dan berisi judul singkat dari buku.

5. Judul Seri
Seri Penerbit, adalah sejumlah karya berjilid yang saling berkaitan dalam subjek atau bentuk, diterbitkan oleh penerbit dengan satu judul yang merangkum.

6. Halaman Judul
Merupakan halaman yang berisi keterangan yang diberikan penerbit, antara lain judul buku, nama pengarang, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam kepengarangan seperti penerjemah, editor, dan ilustrator. Disamping itu juga berisi informasi tentang kota tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit.

7. Halaman Balik Judul (Verso-Recto)
Pada halaman balik judul sering kali terdapat informasi penting antara lain:
• keterangan kepengarangan
• judul asli dari karya terjrmahan
• kota tempat terbit dan penerbit
• tahun terbit dan tahun copyright
• keterangan edisi.

8. Halaman Persembahan (Dedication)
Halaman persembahan biasanya terletak sebelum halaman prakata.




9. Kata Pengantar
Merupakan catatan singkat yang mendahului teks, berisi penjelasan yang diberikan si pengarang kepada pembaca. Penjelasan ini dapat berupa tujuan dan alasan penulisan buku, ruang lingkup, dan keterangan subyek yang dibahas.

10. Daftar Isi
Bisanya terletak sesudah kata pengantar tetapi dapat juga terletak dibagian akhir dari buku. Daftar isi memuat judul-judul bab dan rincian berupa subbab.

11. Pendahuluan
Biasanya mengikuti daftar isi dan merupakan bab pertama dari buku. Pendahuluan memberi wawasan tentang subyek yang dibahas.

12. Naskah (Teks)
Naskah atau teks merupakan isi buku yang disajikan dalam bab-bab secara sistematik.

13. Indeks
Merupakan daftar nama dan subjek secara terinci yang menunjuk kepada halaman buku tempat kata subjek istilah itu tercantum. Indeks buku biasanya terletak pada bagian akhir dari sebuah buku.

14. Bibiliografi
Merupakan daftar kepustakaan yang digunakan si pengarang dalam menulis buku. Bibiliografi biasanya terletak pada bagian akhir dari buku atau pada catatan kaki.

15. Glossary
Merupakan daftar kata-kata atau istilah yang dianggap masih asing bagi pembaca pada umumnya atau masih perlu penjelasan. Biasanya terletak pada akhir sebuah buku.

16. Kolofon
Adalah keterangan yang terdapat pada bagian akhir dokumen yang memberikan informasi tentang salah satu keterangan berikut yaitu judul, pengarang, penerbit, pencetak, tahun penerbitan atau percetakan, dan informasi lainya.

17. Nomor Pagina
Biasanya terdiri dari angka Romawi kecil dan angka Arab. Angka Romawi kecil digunakan pada penomoran halaman kata pengantar sampai dengan daftar isi, sedangkan untuk bab-bab pendahuluan sampai akhir biasanya digunakan angka Arab.

hakikat menyimak


Hakikat Menyimak
Dalam komunikasi,secara umum orang lebih menekankan perhatian pada keterampilan berbicara. Mereka berusaha untuk memperbaiki diri agar mampu berbicara dengan lebih baik, baik dalam konteks berbicara antarpribadi,dalam kelompok kecil, maupun di hadapan massa. Dengan demikian, orang yang terampil berbicara bisa saja kurang terampil dalam menyimak.

Menyimak secara efektif merupakan aktivitas yang aktif dari pikiran seseorang, bukan hanya aktivitas yang pasif, yakni mendengarkan suara. Di samping itu, menyimak yang efektif tidak hanya menggunakan indera pendengaran saja, tetapi juga pikiran.

Menyimak berbeda dengan mendengar dan mendengarkan,
Perbedaanya adalah sebagai berikut :
v     Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
v     Mendengar adalah aktivitas fisik dimana seseorang menerima suara melalui indera pendengaran.
v     Mendengarkan adalah Mendengarkan adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Akhiran “kan” pada kata tersebut memberikan arti yang sungguh berbeda.
Dengan demikian jelas sudah bahwa menyimak memiliki arti yang lebih kompleks daripada hanya mendengar karena menyimak terrdapat proses mendengar, memahami, mengapresiasi, dan menginterpretasi bunyi yang diterimanya dan bukan sekedar bunyi yang masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Berikut ini adalah tabel perbedaan antara menyimak, mendengar, dan mendengarkan:
No
Kegiatan
Kesengajaan
Tujuan
Pemahaman
1
mendengar
tidak sengaja
tidak memiliki tujuan
tidak sampai pada pemahaman
2
mendengarkan
disengaja
memiliki tujuan
tidak sampai pada pemahaman
3
menyimak
disengaja
memiliki tujuan
sampai pada pemahaman

Manfaat menyimak :
1.  Memperlancar komunikasi
2.  Informasi untuk menambah wawasan,Pengetahuan, dan pengalaman tentang kehidupan.
3.  Sebagai dasar belajar bahasa




Tahap-tahap dalam proses menyimak :
1. Mendengarkan (hearing)
Mendengarkan dalam arti hearing didefinisikan sebagai aktivitas fisik dimana seseorang menerima suara melalui indera pendengaran. Oleh karena itu, seseorang perlu mendengar (hearing) agar dapat menyimak (listening).
2. Memperhatikan (attention)
Perasaan seseorang secara terus menerus dibombardir dengan berbagai stimuli/rangsangan yang berasal dari luar.Contohnya, pada saaat seseoranng berada di Mall,maka lingkungan akan
Memberikan stimuli, seperti musik dari setiap counter atau toko,tayangan interaktif sebagai penarik konsumen, suara orang menawarkan atau memengaruhi konsumen, lampu yang berpijar, balon-balon promosi, dan barang-barang lain untuk menarik konsumen.
Suatu rangsangan yang kuat biasanya mendapat perhatian dengan segera.
3. Memahami (understanding)
Kedua tahap di atas, yakni mendengar (hearing) dan perhatian belum sampai pada memberikan makna terhadap pesan yang di sampaikan. Pada tahap selanjutnya,yakni tahap memahami, pesan yang dikirim dalam simbol-simbol yang dilihat atau di dengar akan diberi makna.
Pengertian simbol bukan hanya menyakup kata-kata yang dikirim, tetapi juga termasuk suara-suara yang dihasilkan dari tepukan tangan,bunyi peluit,dan bunyi sirine.
4. Mengingat (remembering)
Pesan yang telah diterima dan diinterprestasikan kemudian diletakkan dalam ingatan. Setelah masuk ke dalam ingatan, pesan tersebut akan dihubungkan dengan pesan yang sudah mengendap dalam ingatan sehingga membentuk suatu rangkaian ingatan baru. Jika dibutuhkan, pesan akan dikeluarkan lagi dari ingatan.
5. Mengevaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluasi, pesan yang di sampaikan akan di ukur bukti-buktinya,akan dibedakan mana fakta dan mana yang opini, dan menentukan apakah pesan itu mengandung bisa atau tidak. Pada tahap ini pula listener dimungkinkan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan berkaitan dengan pesan yang disampaikan.
6. Menanggapi (responding)
Tahap keenam merupkan tahap akhir dalam proses menyimak, yaitu menanggapi pembicaraan atau pesan yang disampaikan dengan memberikan umpan balik (feedback). Meskipun pesan yang dikirim sama, tetapi umpan balik antara listener satu dengan yang lain bisa berbeda.

Tujuan Menyimak:
Untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh sipembicara melalui ujaran.






Tipe Menyimak :
  • Menyimak secara aktif adalah proses menyimak di mana listener memiliki keterlibatan yang tinggi dan memberikan umpan balik yang jelas.Dalam hal ini umpan balik dapat diberikan secara langsung dan lisan, tetapi dapat diberikan secara tidak langsung, yaitu secara tertulis.
  • Menyimak secara pasif adalah proses menyimak dimana penyimak memiliki keterlibatan yang rendah dan tidak memberikan umpan balik atau memberikan, tetapi tidak cukup.Masalah selanjutnya adalah memahami sebab-sebab menyimak yang tidak efektif tersebut.

Faktor-faktor yang memengaruhi daya simak seseorang :
  1. Alat dengar si pendengar  (penyimak) dan alat bicara si pembicara baik
  2. Situasi dan lingkungan pembicara itu harus baik
  3. Konsentrasi menyimak pada pembicaraan
  4. Pengenalan tujuan pembicaraan
  5. Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat kalimat inti pembicaraan
  6. Kesanggupan menarik kesimpulan dengan baik dan tepat
  7. Memiliki intelegesi yang tinggi
  8. Latihan yang teratu.( Suhendar, 1992: 5-6)
Dua strategi menyimak pembicaraan :
  1. Memusatkan perhatian
  2. Membuat catatan

Membedakan Fonem Dalam Konteks.
Perlu anda ketahui bahwa dua kata atau lebih akan memiliki arti yang berbeda jika didalam kata-kata tersebut terdapat fonem yang berbeda.
Contoh:
”Anton dilarang mengambil sarang burung yang ada dipohon rambutan.”
Di dalam kata tersebut terdapat dua kata yang mirip, namun memiliki arti kata yang berbeda karena terdapat fonem yang berbeda.
Kata tersebut adalah larang dan sarang. Dua kata tersebut memiliki makna yang berbeda karena terdapat perbedaan fonem didalam kata-kata tersebut yaitu :/l/ dan /s/.
Pada kalimat diatas,
-          Kata larang bermakna larangan( tidak boleh melakukan seseuatu ),sedang
-          Kata Sarang bermakna tempat yang dibuat atau dipilih oleh burung untuk bertekur dan memelihara anaknya.
Ada Beberapa Cara Meningkatkan Pemahaman Dalam Menyimak :
1.  Berlatih menangkap maksud dan tuturan dari sebuah kalimat
2.  Menentukan kesalahan pengucapan sebuah kata
3.  Menangkap isi sebuah percakapan
4.  Menangkap isi sebuah wacana ilmiah
Menangkap isi sebuah wcana nonilmiah